Novel Ngulandara



Satuan Cerita dalam Novel Ngulandara


1.      Oto Mogok
Pada sore hari ada sekeluarga dimana terdiri dari tiga orang, diantaranya bapak, ibu dan juga anak. Mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan pulang dari Purwokerto karena mobil yang di kendarai mogok di tengah hutan ( dusun Kledung yang terletak di lereng gunung Sundoro dan Sumbing )  dalam keadaan gerimis. Karena tidak bisa memperbaiki, maka mereka menunggu pertolongan dari orang yang melintasi jalan tersebut. Setelah sekian lama menunggu akhirnya ada seorang pemuda yang mengendarai mobil dengan plat nomor Parakan dan menolong memperbaiki mobil mereka. Mereka tidak sempat bertanya siapa pemuda tadi. Bahkan pemuda itu tidak mau diberi imbalan. 

2.      Meksa Batal
Keluarga tersebut senang karena bisa melanjutkan perjalanan. Mereka mengikuti mobil pemuda tadi karena penasaran siapa dan dari mana asal pemuda itu. Tetapi mobil berjalan cepat mereka tidak bisa menyusul pemuda itu. Mereka hanya mengetahui kalau pemuda itu berjalan ke arah Magelang. Mereka akhirnya memutuskan akan memberikan imbalan di lain hari jika bertemu.

3.      Nyonya Oei Wat Hien
Hari minggu, sekitar jam 08.00 pagi nona asal Tiong Hoa, Nyonya Oei Wat Hien berkunjung ke Ngasistenan, Ngadireja kerumah Raden Ayu Asisten Wedana. Ia ingin menawarkan perhiasan. Nyonya Oei Wat Hien juga menawarkan mobilnya. Kemudian Raden Ayu Ngasisten melihat mobil yang ditawarkan dan ternyata mobil itu adalah mobil yang dikendarai oleh pemuda yang menolongnya.  Kemudian ia menyuruh kreta ( pembantu Raden Ayu Asisten wedana ) untuk memanggil pemuda itu agar masuk kedalam rumah. Akhirnya Raden Ayu Asisten Wedana tidak jadi membeli mobil milik Nyonyah Oei Wat Hien tetapi rapingun yang disuruh menjadi sopir pribadinya.

4.      Sampun Kraos
Rapingun adalah pemuda pekerja keras, dia rajin melakukan semua pekerjaan rumah mulai dari menata rumah, mengecat meja, membersihkan rumah seisinya hingga Nampak bersih dan sangat rapi, Rapingun juga sangat hemat. Ketika itu Rapingun jalan jalan ke kandang kuda, ia melihat kuda itu kotor kemudian datanglah Raden Ayu Asisten, ia menjelaskan bahwa kuda itu adalah kuda yang sangat liar dan sulit di jinakkan. Rapingun mengethui kalau kuda itu ( Hel ) adalah kuda yang jenisnya bagus. Ia malah ingin melatih kuda itu.

5.      Ngajari Kapal
Hari minggu pagi seperti biasa, rapingun memberi makan Hel, kuda peliharaaan majikannya. Hel yang biasanya liar kini sedikit lebih jinak dihadapan Rapingun kreta merasa heran melihat hal itu. Rapingun kemudian memasang tali kendati paa Hel, agar nantinya mudah di bawa keluar dari kandang untuk di latih. Kreta kawatir kalau nantinya Rapingun di lukai oleh Hel karena liarnya. Hel dibawa ke pelataran untuk dilatih oleh Rapingun. Rapingun dan hel kembali ke rumah dengan selamat. Kemudian Hel diberi minum air garam dan dimasukkan ke kandang.

6.      Peken Malem Ing magelang
Hari Sabtu itu, keluarga Raden Bei Asisten wedana di beri surat dari bu Mantri Gudhang ( bibinya Raden Ajeng Tien ) agar mereka datang menjemutnya. Raden Ajeng Tien dan Rapingun yang akan kesana karena ibunya sedang sakit maka ia tidak bisa ikut. Mereka berangkat kerumah bu Mantri Gudhang di daerah Magelang sekitar pukul lima sore. Mereka sampai di alun-alun Magelang  jam setengah tujuh malam. Disana mereka berhenti sebentar untuk melihat suasana kota itu. Kemudian mereka melanjutkan kerumah bu Mantri Gudhang di Bayeman. Setelah sampai dirumah bu Mantri Gudhang mereka di ajak makan malam, tetapi mereka tidak mau. Kemudian bu Mantri Gudhang beserta suaminya mengajak mereka ke alun-alun untuk melihat pasar malam.

7.      Manahipun Kagol
Ketika di pasar malam, ada dua pemuda yang mengawasi Raden Ajeng Tien. Rapingun yang melihat, memperhatikan kedua pemuda tersebut. Kemudian Raden Ajeng Tien mengajak bibi, paman, dan Rapingun keluar, alasannya ingin mencari minuman. Mereka menuruti permintaan Raden Ajeng Tien dan pergi menuju restoran. Kedua pemuda itu mengikuti ke restoran tempat Raden Ajeng Tien membeli minuman. Raden Ajeng Tien melihat kedua pemuda itu, ia sangat takut dan khawatir. Sebelum keluar dari restoran salah seorang dari pemuda itu membawa kertas dan menjatuhkan di pangkuan Raden Ajeng Tien. Raden Ajeng Tien membaca kertas itu lalu merobek robek lalu membuangnya. Rapingun sangat kaget bahwa pemuda itu sepertinya memiliki hubungan dengan raden Ajeng Tien. Raden Ajeng Tien terlihat sangat cemas, lalu di ajak pulang ke Bayeman. Sesampainya dirumah bibinya itu, Raden Ajeng Tien meminta pamit. Ia ingin pulang ke rumahnya. Setelah pamit Raden Ajeng Tien dan Rapingun masuk mobil da berjalan pulang.


8.      Jagi Wilujenging Bendara
Mobil overlaind yang ditunggangi Raden Ajeng dan Rapingun melaju kencang. Ketika jarak dua atau tiga pal menuju Secang, ada mobil yang mengklakson dari belakang. Raden Ajeng Tien menoleh ke belakang dan ia melihat ada motor melaju cepat. Kemudian dia menyuruh Rapingun agar memelankan kendaraannya Karena motor itu nampaknya akan menyalipnya. Motor menyalip, tetapi tidak langsung pergi, dia berada pada jarak kurang dari sekilan dari mobil Rapingun. Kelihatannya ia menyerempet mobil itu Rapingun terkejut saat melihat dua orang yang mengendarai motor itu adalah pemuda yang ia jumpai di pasar malam tadi. Raden Ajeng Tien merasa sangat khawatir, ia mendekati Rapingun. Dua pemuda itu kemudian menghentikan laju mobil dengan mencegaknya. Pemuda itu mengacungkan pistol. Rapingu terpaksa menghentikan mobilnya. Pemuda yang perkasa ( Harjono ) kemudian menjumpai Raden Ajeng Tien. Ia mengatakan bahwa Raden Ajeng Tien telah melukai hatinya, Raden Ajeng Tien menolak pemuda itu untuk menjadi suaminya, sehinga pemuda itu marah padanya. Raden Ajeng Tien mendekati Rapingun untuk meminta pertolongan. Sehingga terjadi prekelahian diantara mereka., kedua pemuda itu terjatuh terkapar. Kemudia Rapingun masuk  mobil dan pulang. Sesampainya di Temanggung, Rapingun menghentikan mobilnya. Seketika itu Rapingun tidak sadarkan diri, kondisi tubuhnya sangat lemah karena terkena pukulan balok tadi. Raden Ajeng Tien memberinya minyak, dan setelah Rapingun sadar ia memijit tangan rapingun dan membalut lukanya dengan stangen. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan pulang.

9.      Ngreksa Namaning Bendhara
Ketika sampai dirumah Rapingun ditanyai oleh Raden Bei asisten Wedana mengenai lukanya, ia mengatakan bahwa tangannya terkena slinger. Kemudian Rapingun  diraawat oleh raden Bei Asisten Wedana dan disuruh tidur. Paginya Rapingun dibawa ke Rumah Sakit.

10.  Wonten Ing Griya sakit
Sudah seminggu Rapingun dirawat di Rumah Sakit. Raden Ajeng Tien menjenguknya setiap hari dan meengurusi semua kebutuhan Rapingun. Suatu ketika Raden ajeng Tien memberikan surat kepada Rapingun ketika ia menjenguk Rapingun menurut penjelasan Rapingun surat itu untuk Raden Mas Sutanta. Raden Ajeng Tien juga memberikan kalung dengan bandul berbrntuk hati kepada Rapingun sebagai tanda persaudaraan.



11.  Pamit
Tiga minggu Rapingun dirawat di Rumah Sakit. Setengah bulan kemudian Rapingun merasa sangat sedih. Ia menangis tiap malam dan tidak bisa tidur karena memikirkan keluarganya di Sala. Ia merasa sudah sangat lama meninggalkan keluarganya. Raden Ayu Asisten sangat sedih melihat kondisi Rapingun. Rapingun meminta izin untuk pulang ke Pacitan ( ia menyamar kalau ia berasal dari Pacitan ). Raden Ayu Asisten menyetujuinya. Ia memberikan bekal pada Rapingun.

12.  Serat Saking Rapingun
Sudah sebulan Rapingun meninggalkan Ngasistenan, kemudian ia mengirim surat pada Raden Ayu Asisten. Raden Ayu Asisten sedikit heran bahwa surat itu alamatnya dari Cirebon, bukan dari Pacitan. Raden Ayu Asisten menyuruh Raden Ajeng TIen membaca surat dari Rapingun yang isinya ia ingin Ngulandara mencari Raden Mas Sutanta. Ia meminta doa restu dari keluarga Ngasistenan itu.

13.  Let Nem Wulan
Hari minggu itu Raden Mas Sutanta datang ke rumah Den Bei Mantri Guru di kampung Kwijen untuk sekedar berbincang  -  bincang karena lama tidak bertemu. Ketika Raden Mas Sutanta sedang ke kamar mandi, datanglah Raden Ayu Asisten dan Raden Ajeng Tien. Setelah raden Mas Sutanta keluar ia terkejut, Mantri Guru memperkenalkannya kepada keluarga Ngasistenan itu. Raden Ayu Asisten dan Raden Ajeng Tien langsung memeluk Raden Mas Sutanta yang ternyata adalah Rapingun dengan erat, meereka menangis terharu karena bisa bertemu dengan Raden Mas Sutanta.

14.  Sasampunipun Wolumg Wulan
Hari senin itu Raden Mas Sutanta hendak berangkat kerja. Ia sudah menikah dengan Raden Ajeng Tien. Saat itu Rapingun sudah selayaknya menjadi Raden Mas Sutanta, ia mengenakan pakaian sebagaimana putra keraton. Raden Mas Sutanta hidup bahagia bersama Raden Ajeng Tien.  

4 Response to "Novel Ngulandara"

  1. iánatul khikmah says:
    27 Juli 2018 pukul 21.10

    satuan cerita secara ringkas dalam bahasa Indonesia yang terdapat dalam novel ngulandara

  2. Unknown says:
    29 Agustus 2019 pukul 00.32

    Cerita nya lengkap

  3. Adinda, S. says:
    3 November 2019 pukul 03.48

    makasih bangett✨

  4. iánatul khikmah says:
    26 Februari 2020 pukul 23.35

    terimakasih, ditunggu kritik dan sarannya

Posting Komentar